Tuesday, January 22, 2013

BAHAYA BICARA AGAMA TANPA ILMU

Oleh: Ust. Drs. Abu Ismail, Lc.

Agama adalah apa yang telah dikatakan Allah SWTdalam kitab-Nya Al Quranul Karim dan sabda Rasul-Nya dalam Sunnahnya. Oleh karena itulah berbicara masalah agama tanpa ilmu dari Allah dan Rasul-Nya termasuk kebodohan yang sangat berbahaya. Berbicara hanya berdasarkan akal, perasaan, dugaan dan perkiraan. Alangkah banyaknya orang-orangyang melakukan hal itu di zaman mi, sehingga mereka sesat dan menyesatkan orang lain.

Inilah di antara beberapa bahaya berbicara masalah agama tanpa ilmu:

1. Hal itu merupakan perkara tertinggi yang diharamkan oleh Allah SWT Allah SWT berfirman: "Katakanlah, 'Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)."(Al-A'raf:33)

Imam Ibnul Qayyim rahimallahu menjelaskan tentang ay at di atas: "Allah SWT mengurutkan perkara -perkara yang diharamkan menjadi empat tingkatan. Dia memulai dari yang terendah, yaitu perbuatan-perbuatan keji, kemudian Dia menyebutkan yang kedua, yang lebih besar keharamannya, yaitu dosa dan kezhaliman. Kemudian Dia menyebutkan yang ketiga, yang lebih besar keharamannya dari dua hal sebelumnya, yaitu menyekutukan Allah SWT (dosa syirik), kemudian Dia menyebutkan yang ke empat, yang paling besar keharamannya dari semua yang telah disebutkan, yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Hal itu meliputi berbicara tentang Allah tanpa ilmu di dalam nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, dan di dalam agama-Nya dan syariat-Nya.

2. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan salah satu bentuk dusta atas (nama) Allah, yang merupakan kezaliman terbesar Tatkala orang-orang musyrik' mengharamkan sebagian binatang ternak dan menghalalkan sebagian lainnya , maka Allah membantah mereka dengan firman-NYA: "Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu?, maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan mantisia tanpa lengetahuan." Sesungguhnya Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang yang zalim" (Al-An'am: 144) .

3. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan kesesatan dan menyesatkan orang lain Rasulullah SAW. bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hamba-Nya sekaligus, tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama. Sehingga ketika Allah tidak menyisakan seorang allim pun, orang-orang pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu para pemimpin itu ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan orang lain." (HSR. Bukhari no. 100, Muslim, dan lainnya).


4. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mengikuti hawa nafsu Imam AM bin Abil 'Izzi Al Hanafi rahimallahu berkata:"Barangsiapa berbicara tanpa ilmu, maka sesungguhnya dia hanyalah mengikuti hawa nafsunya, dan Allah SWT telah berfirman: "Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunyadengan tidak mendapat petmjuk dari Allah sedikitpun. " (Al-Qashshas) 5.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mendahuiui Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT. berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahuiui Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Hujuraat:!) Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'di rahimallahu berkata: "Ayat ini memuat adab terhadap Allah dan Rasul-Nya, juga pengagungan, penghormatan, dan pemuliaan kepada-Nya. Allah telah memerintahkan kepada para hamba-Nya yang beriman, sebagai konsekuensi keimanan terhadap Allah dan Rasul-Nya, yaitumenjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan- Nya. Dan agar mereka selalu berjalan mengikuti perintah Allah dan Sunnah Rasul-Nya di dalam seluruh perkara mereka, Dan agar mereka tidak mendahului Allah dan Rasul-Nya , sehingga janganlah mereka berkata, sampai Allah berkata, dan janganlah mereka memerintah, sampai Allah memerintah.

6.Orang yang berbicara tentamg Allah tanpa ilmu menanggung dosa-dosa orang-orang yang dia sesatkan. Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu adalah orang sesat dan mengajak kepada kesesatan. Oleh karena itu dia menanggung dosa-dosa orartg-orang yang telah dia sesatkan. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkanpahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangipahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun".

7.Berbicara tentang Allah tanpa ilmu akan dimintai tanggung jawab Allah SWT berfirman: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendcngaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS.A1- Isra':36)

8.Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan. Allah SWT berfirman: "Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang di turunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apayang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. " (QS.A1-Maidah: 44-45) "Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik." (QS.Al-Maidah:47)

Dengan sedikit keterangan yang kami sanipaikan di atas, mudah-mudahan orang-orang mau mengambil pelajaran, sehingga tidak akan berbicara masalah agarna -dan masalah lainnya - kecuali dengan. ilmu.(Surat Al fussilat 46) bicara soal perbuatan manusia dan balasannya. Yang baik, dibalas baik dan yang buruk dibalas buruk. Itu wajar, masuk akal, adil dan biasa. Jika perbuatan baik dibalas buruk,namany a pendzaliman. Jika perbuatan buruk dibalas baik, namanya kerahmatan. Seringkali orang memahami hukum karma itu negatif, padahal logis. Karma tidak sama dengan dendam. karena Allah tidak pernah dijahati. Karma adalah hukum konsekuensi. Siapa menanam, dialah yang memanen. Nah, Allah memberlakukan hukum kewajaran itu terhadap manusia.

Demi lebih membersihkan citra-nya, demi meyakinkan umatNYA bahwa dia benar-benar Allah Maha Adil, maka Allah menyatakan, bahwa Diri-NYA tidak pernah dan tidak akan pernah mendzalimi hambaNYA sedikitpun." Wa ma Rabbuka bidzallamin li al-'abid".

Tak ada siksa, jika tak ada kesalahan. Itulah keadilan. Tapi tidak setiap ada kesalahan, mesti dibalas siksaan. Itulah pengampunan. Setiap Perbuatan baik, pasti ada imbalan baik yang setimpal. Itulah keadilan. Namun acap kali Allah nielebih-lebihkan kebaikan itu seberapa Dia mau. Bahkan memberi begitu saja, tanpa ada permintaan dari hamba yang bersangkutan sebelumnya. Itulah anugerah dan kasih sayang.

Kadang, Allah itu kayak orang tua. Meski anaknya bersalah, tetap saja disayang dan difasilitasi. Apa kita bisa •menyalahkan orang tua itu ? Sesekali Allah juga kayak polisi. Tak pandang siapa, kalau salah, ya masuk bui. Salahkah tindakan polisi itu? Perdebatan tentang peran Allah terhadap perbuatan manusia tidak pernah selesai. Apakah Allah mengintervensi total, sehingga semua perbuatan manusia hakekatnya adalah murni perbuatan Allah. Di sini, manusia persis robot dan boneka. Atau Allah hanya menfasilitasi infrastrukturnya saja, seperti akal sehat dan fisik sempurna, sehingga semua perbuatan adalah murni pilihan manusia sendiri. Yang terakhir inilah yang berkaitan erat dengan karma, keadilan, pengampunan, perahmatan dll.

No comments: