Monday, January 14, 2013

BIARKAN ANAK BERMAIN !

Orangtua sekarang terkadang sangat ambisius. Agar anaknya berprestasi sekolah pun sehari penuh. Pulang sekolah masih harus ikut berbagai les Tak salah memang, tapi kapan waktu anak untuk bermain?

Benarkah kesimpulan itu? Sebelum menjawab ini, mari kita bandingkan kondisi anak-anak sekarang dengan anak-anak era 1970-1980an atau ketika para orangtua sekarang masih menjadi anak-anak. Secara jujur, kita harus mengakui, anak-anak sekarang. lebih banyak menghabiskan waktu belajar daripada bermain.

Bukankah, sekolah untuk anak-anak kita sekarang, sudah ada yang dimulai dari umur 1,5 tahun. Meski di sekolah ini, anak belum mulai belajar dalam konteks akademik. Kini sekoiah mengajar membaca, menulis dan berhitung dan juga belajar sambil bermain. Ketika masuk SD, anak-anak harus bersekolah dengan waktu yang Iebih panjang. Bahkan, banyak SD unggulan yang memancang waktu sekolah sehari penuh, masuk jam 07,00 pulang jam 16.00. Pulang sekolah, anak masih harus mengikuti bermacam les, misalnya kumon, sempoa, melukis, komputer, musik, teater, bahasa asing, dan iainnya.

Selain itu, anak-anak juga masih memerlukan waktu untuk beribadah bagi yang sudah akil baligh atau latihan beribadah bagi yang belum baligh, mengerjakan PR (pekerjaan rumah), belajar di rumah, mandi, makan dan istirahat(tidur). Lantas, kapan dong waktu anak-anak untuk bermain? Jadi sebenamya, apakah anak-anak memang malas belajar atau tidak cukup waktu untuk bermain? Tak heran jika para ahli pendidikan banyak yang mengkritik tentang kurangnya waktu bagi anak-anak untuk bermain. Karena esensi bermain bagi anak-anak tidak sekadar "main" yang berkonotasi negatif,' seperti menghabis-habiskan waktu, tidak produktif, tidak menambah kepintaran dan lainnya.



Padahal dengan bermain, anak-anak sebenarnya juga sedang belajar bersosialisasi, mengembangkan emosi dan mentalnya, hobi atau bakat dan perkembangan fisiknya. Oleh karena itu, kebutuhan anak untuk bermain hendaknya jangan diabaikan.

Papalia, seorang ahli perkembangan anak dalam karyanya Human Development menulis, anak berkembang dengan cara bermain. Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak berlatih menggurakan otot-otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya. menemukan seperti apa lingkungan yang di tinggalinya dan menemukan seperti apa sebenarnya diri mereka sendiri. Selain itu, tuiis Papalia, dengan bermain anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal keahlian baru, belajar kapan harus rnenggunakan keahlian tersebut Mefalui bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain juga akan berkembang.

No comments: