Wednesday, January 9, 2013

BISNIS DALAM AL-QUR'AN

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS :Yusuf 12 : 111)

Tiada keraguan sedikitpun tentang kenyataan bahwa legalitas bisnis itu diakui oleh al-Qur'an. Al-Qur'an tak hanya mengizinkan kita berbisnis, tetapi juga mendorong kita untuk melakukannya. Nabi Muhammad saw. sendiri pada mulanya adalah juga seorang pengusaha sejati untukjangka waktu yang lama.

Al-Qur'an juga menyinggung sejumlah norma bisnis, perintah dan larangan baik yang eksplisit maupun implisit yang berkaitan dengan transaksi bisnis. Al-Qur'an berulang kali menekankan betapa pentingnya semua bentuk kerja produktif yang diistilahkannya dengan al-'amalke martabat ibadah. Bahkan kerja produktif yang shaleh itu disebutnya berulangkali sekitar 50 kali bersama - sama dengan iman. "Barangsiapa yang mengerjakan amal (kerja produktif) yang shaleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sungguh akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dariapa yang mereka kerjakan", (QS an-Nahl(16:97))

"Dan berilah kabar gembira kepada mereka yang beriman dan beramal (bekerja produktif) shaleh bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam surga itu, mereka mengatakan, "Inilah yang pernah diberi kan kepada kami dahulu ". Mereka diberi rizki yang serupa dan untuk mereka didalamnya ada jodoh - jodoh yang suci, dan mereka kekal di dalamnya". QS. AI-Baqarah 2:25 "...barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal (kerja produktif) yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya", QS. AI-Kahfi 18:110

Al-Qur'an juga memerintahkan kepada kaum muslim agar melanjutkan kembali pekerjaannya segera setelah selesai menunaikan ibadah shalat berjama'ah. "Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada harijum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual bell. Yang demikian itu tebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah selesai menunaikan shalat, maka bertebarlah di bumi (kembali) dan carilah karunia Allah dan ingatlah kepada Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung", Q.S. Aljumu'ah 62:9-10


Al-Qur'an juga menyebutkan kedudukan manusia dibumi ini sebagai khalifah. "Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepda malaikat, "Sesungguhnya Aku akan mengangkat seorang khalifah di bumi...." Q.S al-Baqarah 2:30 Sebagai khalifah di bumi, tugas manusia adalah bekerja keras membangun dunia ini dan menggali sumber-sumber yang ada didalamnya dengan cara - cara yang terbaik. Karena itu, al-Qur'an sangat menentang keras kemalasan. Al-Qur'an men¬dorong manusia untuk memperoleh keutamaan dan karunia (al-fadhilah) dari Allah.

Etika Islam seperti yang diajarkan oleh nabi saw dalam doa-doanya jelas-jelas mengecam keras kegiatan mengemis, menghindari sikap hidup parasit, dan pemalas. Ada sekian banyak ayat yang menggunakan terminologi bisnis dalam al-Qur'an. Misalnya, penggunaan kata timbangart (mizan) dalam kaitan penjelasannya tentang kehidupan akhirat.Bahkan al-Qur'an juga menyebut sikap iman dan segala bentuk konsekuensinya sebagai sebuah transaksi bisnis. '"Hai orang-orang beriman, maukah kamu Kutunjukkan suatu perniagaan yang menyelamatkan dari siksa yang amat pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan rasul-Nya dalam berjihad dijalan Allah dehgan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui", QS ash-Shaf 61:10 -11

Ini semuanya dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan umum betapa pekerjaan bisnis itu sangat dianjurkan dan terpuji. Dalam kaitan dengan bisnis, oleh AI-Qur'an ditekankan bahwa sikap jujur dan adil harus selalu diterapkan dalam bisnis (amal). Dengan sikap-sikap ini akan terjamin suatu sistem bisnis dan distribusi yang jauh dari unsur-unsur eksploitasi. Sistem ini tidak saja menjamin kelancaran aktivitas bisnis, tetapi juga menjaga dan mengembangkan pertumbuhan bisnis. "Dan sempurnakanlah takaran jika kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Inilah yang lebih utama dan lebih baik akibatnya ", QS al-lsra' 17; 35. "Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu", QS al-Rahman 55:9

Bisnis yang baik diartikan sebagai bisnis yang diwarnai oleh persaingan yang ketat dan fair. Dengan demikian, asumsinya adalah bahwa bisnis tersebut berlangsung dalam sistem pasarterbuka (open-market system), persaingannya sehat, bukan yang monopolis. Ini berarti kegiatan bisnis itu dilakukan tanpa perlindungan politik, tanpa monopoli, dan tanpa hak istimewa bag! kelompok bisnis tertentu. Para pelaku bisnis bersaing secara sehat dalam sebuah sistem yang jelas atau aturan main yang transparan. Dalam konteks inilah etika bisnis seperti disinggung oleh AI-Qur'an itu mempunyai relevansi. Dalam bisnis yang demikian itu, setiap pebisnis berusaha untuk unggul berdasarkan pada kekuatan obyektifnya masing-masing.

Kekuatan tersebut adalah modal dan tenaga kerja. Memang modal kuat itu sangat penting, tetapi tidak mencukupi dalam bisnis. Ada faktor lainnya, yaitu tenaga profesiona yang akan menentukan kekuatan kegiatan bisnis. Sikap profesional (profesionalisime) itu tidak saja bertumpu dan didasarkan hanya pada keahlian dan keterampilan diam bekerja, melainkan yang tidak kalah pentingnya adalah pada kesungguhan terhadap komitmen, moral seperti disiplin, loyalitas, kerja sama, integritas pribadi, bertanggung jawab, kejujuran, dan perlakuan yang manusiawi. Satu hal lagi yang perlu diperhatikan karena pentingnya dalam bisnis, yaitu network atau jaringan bisnis atau relasi. Relasi atau jaringan bisnis ini hanya mungkin dijalin dengan baik apabila dibangun diatas nilai-nilai kejujuran dan kepercayaan

oleh SUMARDI ERLAMBANG

No comments: