Sunday, January 13, 2013

KETERGESAAN YANG DIWAJIBKAN

Oleh : Ust. Aminuddin Imam Muhayi, Lc

Ketergesaan dalam hampir semua hal akan berakibat buruk bagi para pelakunya, bahkan ada sebuah kalimat yang sering kita dengar "Ketenangan adalah kebahagiaan dan ketergesaan adalah penyesalan"

Ada ketergesaan yang diwajibkan, bukan tergesa-gesa tanpa arah dan tujuan, bukan tergesa-gesa tanpa mengindahkan aturan, tapi tergesa-gesa dalam melakukan amal shalih. Tasarru' atau ketergesaan dalam beramal shalih sangat dianjurkan dalam Islam, bahkan akan menjadi wajib. Seruan untuk tergesa-gesa dalam menjemput ampunan Allah Swt dan menjemput surga-Nya, bukan seruan yang menjerumuskan manusia dalam penyesalan dan kehancuran. Bahkan seruan itu member! jalan kepada kebahagiaan dan surga, membawa manusia kepada antusiasme dan semangat juang yang tinggi. Seruan itu memberikan jalan untuk mencapai svahadah.

Seruan itu ditujukan bagi orang-or¬ang yang bertakwa, orang-orang yang digambarkan oleh Khalifah Umar Ra seperti orang yang berjalan di jalan penuh onak dan duri, yang siap menancapi kaki-kaki telanjang yang menginjaknya. Orang-orang yang digambarkan oleh Khalifah Ali bin Abi Thaiib sebagai manusia yang mengimani AI-Qur'an yang diturunkan (at-tanzil), dan ridha terhadap ketentuan Allah di dunia (qalil), dan orang yang mempersiapkan diri untuk perjalanan yang jauh menuju akhirat (rah).

Menyambut ampunan, menyambut: surga dan menyambut seruan ALLAH Swt, harus dilakukan lebih cepat dari mengantarkan jenazah atau tidak bersegera dalam beramal ke liang lahat, lebih cepat dari membayar shalih. Sehingga akhirnya fitnah hutang, bahkan harus lebih cepat dari mendahuluinya, huru-hara dan peristiwa seorang mempelai mendatangi buruk yang terjadi di dunia seperti pasangannya. sepotong malam yang gelap gulita.


Tindakan bersegera dalam Sepotong malam yang menjadikan menyambut ampunan akan berujung seorang beriman pada pagi hari, dan pada puncak kebahagiaan, kenikmatan katir pada sore harinya, atau beriman tiada tara dan kepuasan lahir dan batin, pada sore hari dan kafir pada pagi hari, karena balasannya adalah akhirat yang hanya karena harta dunia yang tidak kekal dan abadi. Sementara ketergesaan seberapa, dan menjual kekayaan pada urusan lain seringkali berujung terbesarnya yaitu keimanan.

Mengingat kembali ketika Seruan serupa juga dilakukan oleh perang Uhud berkecamuk, perang Rasulullah Saw, manusia yang selalu terbesar dalam sejarah perkembangan menyambut dengan gegap gempita Islam setelah perang Badar. Ketika setiap panggilan Allah Swt, bersama seorang laki-laki bertanya kepada sahabat-sahabat yang mulia. Sebuah seruan yang diriwayatkan engkau (wahai Nabi) bagaimana jika saya mengatakan di manakah saya?" Beliau Saw bersabda : "Bersegeralah kalian menjawab "Di surga". Maka pemuda dalam amal shalih, karena akan terjadi itupun melemparkan kurmanya yang fifnah seperti sepotong malam yang ada di tangannya, kemudian bertempur gelap gulita, seorang laki-laki beriman hingga ia meninggal.

pagi hari, menjadi kafir di sore hari, dan Seorang pemuda beriman, pemuda seorang laki-laki beriman di sore hari, pemberani, pemuda yang tidak mau menjadi kafir di pagi hari, menjual lagi menunda sedikit pun untuk agamanya dengan kekayaan dunia" (HR. Muslim)

akibat yang ditimbulkan dari menunda untuk berhenti, menunda dan atau bahkan meninggalkannya, ia berhasil mengendalikan dirinya, ia sangat tahu' kapan ia harus bersabar dan kapan harus terburu-buru. la berhasil mengarahkan keinginannya untuk menikmati manisnya kurma dan bersegera menuju manisnya surga yang tiada tara.

Lalu apakah kita akan menunda hingga usia menjelang? Usia yang mengaburkan pandangan mata kita, melemahkan tulang punggung kita, memutihkan rambut kita dan merontokkan gigi kita? Atau apakh kita menunda hingga kefakiran menimpa kita?

Ketika kita tidak mampu lagi menginfaqkan harta, walau hanya satu rupiah kepada orang lain, ketika kita sedemikian sibuk bekerja. Bekerja dan bekerja karena hasil yang kita peroleh tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarga kita? Ataukah kita menunggu hingga penyakit menggerogoti tubuh kita? Ataukah kita menunggu datangnya peristiwa terburuk yang ditunggu? Datangnya Dajjal, yang berjalan di muka bumi menipu manusia, mengatakan kebenaran sebagai kebatilan, dan kebatilan sebagai kebenaran. Maka nerakanya adalah surga kita, dan surganya adalah neraka kita.

Katakan tidak! Kita tidak akan menunggu, hingga penyesalan terdalam akan muncul dari diri kita. Kita tidak akan menunda hingga usia tua, hingga kekayaan a(tau kemiskinan menghampiri, hingga sakit menggerogoti, hingga kondisi prima dan fit menjadi lemah tanpa daya.

Saat ini adalah saat terbaik kita untuk menyambut seruan ASiah Swt dengan segera, untuk menyambut surga kita yang luasnya seluas iangit dan bums. Saat ini adalah saat terbaik untuk menyambut ampunan Allah Swt. Inflah saat kita berSari, bersegera dan terburu-buru menyambut ampunan Allah Swt Tanpa kita sisakan sedikitpun ruang untuk kemalasan, menunda dan berleha-leha. Itulah salah satu ciri manusia bertakwa, manusia yang selalu menyambut dengan segera seruan Allah Swt, semoga kita termasuk di antara mereka. Amin.

No comments: