Monday, January 14, 2013

Menjadi Kaya Juga Perlu tapi ..

Seorang Muslim tidak sepatutnya mengondisikan dirinya hidup dalam kekurangan harta, apalagi hidup pasif tanpa usaha dan selalu meminta-minta.la harus berupaya mencari karunia Allah berupa perbendaharaan harta untuk mendapatkan keridhaan-Nya. Dengan cara demikian, maka setiap Muslim akan mampu berkontribusi secara finansial dalam upaya-upaya strategis guna ; memajukan kondisi ummat Islam di segala sektor.

Dari sejarah kita bisa ketahui bahwa Sahabat Rasulullah ada yang kaya dan ada yang miskin. Namun menariknya, mereka yang berpenghasilan besar apalagi yang berpenghasilan kecil tidak suka bergaya hidup mewah. Mereka lebih suka bergaya hidup sederhana, bahkan yang mereka peroleh tidak mereka timbun untuk dinikmati sendiri, tetapi kebanyakan mereka infakkan untuk kepentingan dakwah dan perjuangan di jalan Allah.

'Utsman bin Affan ra, misalnya, pernah membeli sumur milik orang Yahudi seharga 20.000 ribu dirham lalu sumur tersebut diwakafkan untuk kepentingan umum. Untuk keperluan Perang Tabuk, 'Utsman telah berinfak 300 unta dan 1.000 dirham. Begitu juga 'Umar bin Khaththab, pernah menginfakkan separuh hartanya di jalan Allah. Bahkan Abu Bakar pernah menginfakkan seluruh kekayaannya untuk perjuangan Islam. Tatkala ditanya oleh Nabi, "Apa yang Anda sisakan untuk keluarga Anda?" Dengan tegas Abu Bakar menjawab, "Cukup Allah dan Rasul-Nya." Tatkala 'Umar diangkat sebagai khalifah menggantikan Abu Bakar, fasilitas negara yang digunakannya sangatlah sederhana. la menolak kehidupan yang mewah sebagaimana para raja pada masa itu. Suatu hari staf bagian fasilitas kekhilafahan berencana mengganti piring makan khalifah yang sudah tak layak pakai dengan piring yang lebih layak. Namun rencana itu ditolak 'Umar karena menurutnya piring makan yang ada masih bisa digunakan.


Meski nampak pelit kepada diri sendiri, tapi 'Umar sangat royal melayani rakyat. Sehari-harinya sebagai kepala negara 'Umar tidak cuma duduk manis dibelakang meja,tapi sibuk melakukan inspeksi ke berbagai wilayah kekuasaannya. Jika dia menemukan rakyat yang miskin dan kurang makan, maka 'Umar tanpa canggung memberikan bantuan negara kepada rakyatnya. Bahkan dikabarnya 'Umar tidak canggung memikul sendiri sekarung gandung dari baitul maal kepada rakyat yang membutuhkan. Salman al-Farisi adalah contoh lain Sahabat Nabi yang memegang jabatan penting kenegaraan tapi berperilaku amat sangat sederhana. Sekalipun Salman memegang amanah sebagai gubernur, namun saat wafat, pakaian yang digunakannya terdapat tidak kurang dari seratus tambalan.

Beliau-beliau itu ingin memberikan contoh agar para pemimpin tidak terlena dengan jabatan yang diembannya, sehingga terperosok dalam kelalaian dan kesombdngan. Sementara rakyat dibiarkan miskin, bodoh, dan tercerai-berai. Lalu bagaimana bagi kita yang bukan pemimpin publik laksana Umar, atau pun Salman al-Farisi,? Sikap 'Abdurrahman bin 'Auf layak untuk kita teladani.

Miliki Keahlian

Nampaknya banyak orang sudah mafhum bahwa 'Abdurrahman bin 'Auf adalah Sahabat Nabi yang ikut serta berhijrah dari Makkah ke Madinah. Setelah tinggal di Madinah, 'Abdurrahman dipersaudarakan oleh Nabi dengan Sa'ad bin Rabi' AI-Anshari, seorang kaya yang pemurah di Madinah. 'Abdurrahman pernah ditawari Sa'ad untuk memilih salah satu dari dua kebunnya yang luas.Tapi,'Abdurrahman menolaknya. la hanya minta kepada Sa'ad ditunjuki lokasi pasar di Madinah.

Mengapa 'Abdurrahman bin 'Auf menolak tawaran yang sangat menggiurkan itu? Pertama, ia hanya ingin bergantung kepada Allah dan ingin membuktikan bahwa hijrah baginya adalah gerbang untuk menang. Kedua,'Abdurrahman bin'Auf ingin mengajarkan kepada kita seorang mukmin "haram" hukumnya menjadi pemalas. 'Abdurrahman punya skill (keahlian) yang baik di bidang bisnis, niaga ataupun perdagangan. Karena itu, beliau minta ditunjukkan tempat perdagangan, yakni pasar.

Sejak itu, 'Abdurahman bin 'Auf berprofesi sebagai pedagang dan memperoleh keuntungan yang cukup besar. Omset dagangannya pun makin besar, sehingga ia dikenal sebagai fpedagang yang sukses.

Suatu hari, iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman bin Auf yang terdiri dari 700 ekor unta yang dimuati bahan pangan, sandang, dan barang-barang kebutuhan penduduk tiba di Madinah. Terdengar suara gemuruh dan hiruk-pikuk, sehingga Aisyah , bertanya kepada seseorang, "Suara apakah itu?"

Orang itu menjawab, "Iring-iringan kafilah dagang'Abdurrahman bin'Auf." 'Aisyah berkata, "Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepada 'Abdurrahman di dunia dan akhirat. Saya mendengar Rasulullah bersabda bahwa'Abdurrahman bin'Auf masuk surga dengan merangkak." Orang itu langsung menemui 'Abdurrahman bin 'Auf dan menceritakan apa yang didengarnya dari 'Aisyah |. Mendengar hal itu, ia pun bergegas menemui 'Aisyah ra. "Wahai Ummul Mukminin, apakah Anda mendengar sendiri ucapan itu dari Rasulullah |?" "Ya jawab 'Aisyah "Seandainya'aku sanggup, aku ingin memasuki surga dengan berjalan.Sudilah Anda menyaksikan, kafilah ini dengan seluruh kendaraan dan muatannya kuserahkan untuk berjuang di jalan Allah" Sejak mendengar bahwa dirinya dijamin masuk surga, semangat berinfak dan bersedekahnya makin meningkat. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dinar emas, 500 ekor kuda perang,dan 1.500 ekor unta ia sumbangan untuk perjuangan menegakkan panji-panji Islam di muka bumi. Mendengar hal itu, 'Aisyah! mendoakan, "Semoga Allah mem-berinya minum dengan air dari telaga

No comments: